"Jalan lain" Tafsîr Jalâlayn*

Cak Yo Saya tidak tahu "kenakalan" seorang santri yang memelesetkan Jalâlain atau Jalâlayn dengan "jalan lain" itu bisa dibenarkan atau tidak. Kenakalan semacam itu, sering kali, dalam obrolan yang penuh canda di antara santri, hanya dianggap semata candaan. Kyai yang mendengar itu juga tidak menganggap itu sebagai masalah bahkan menanggapinya hanya senyum-senyum saja. Bahkan ada satu judul kitab kumpulan hadis-hadis hukum (ahâdith al-ahkâm) yang juga diplesetkan. Tapi saya tidak berani mengungkapkan plesetan itu di sini. Ini semacam produk "kecerdasan" para santri dengan selera humor yang tinggi. Barangkali hanya bagi mereka yang paham mana domain atau wilayah uşûl dan mana yang furû'. Mereka yang demikian itu sudah terbiasa dengan kajian kitab-kitab yang di dalamnya usûl dan furû' terdedah di hampir setiap halamannya. Dan tidak perlu membaca kitab uşûl dan furû' secara khusus semacam kitab al-Uşûl wa al-Furû' karya Ibn Hazm al-Andalus...