Sadrach: Kiai Penyebar Agama Kristen

Cak Yo'


Kiai Sadrach adalah salah satu tokoh paling fenomenal dalam sejarah kristenisasi di Pulau Jawa. Latar belakangnya yang berasal dari keluarga miskin dan perjalanan panjangnya dalam mencari pengetahuan agama menjadikannya sosok yang sangat menarik untuk dipelajari. Buku "L'Affaire Sadrach: Un Easi de Christianisation a Java au XIXe Siècle" oleh C. Guillot yang diterjemahkan oleh Asvi Warman Adam, Kyai Sadrach: Riwayat Kristenisasi di Jawa (IRCISoD, 2020) ini memberikan wawasan mendalam tentang perjalanan dan dampak dari misi Sadrach, sebuah cerita yang melibatkan persaingan dan konflik dengan misionaris Eropa.

Sadrach, yang lahir dengan nama Radin sekitar tahun 1835 di desa pesisir dekat Demak, mengalami masa-masa sulit pada awal hidupnya. Krisis ekonomi parah di tahun 1840, ditambah dengan wabah penyakit dan kebijakan tanam paksa yang diterapkan oleh penjajah Belanda, membuatnya memutuskan untuk meninggalkan keluarganya dan berkelana ke timur. Dalam perjalanannya, Sadrach mengunjungi berbagai pesantren di Jawa Timur, mencari ilmu dari para kiai.

Setelah beberapa tahun belajar, Sadrach kembali ke Semarang dan melanjutkan pendidikannya dalam agama Islam di lingkungan Kauman. Namun, tak lama setelah itu, ia bertemu dengan mantan gurunya yang telah memeluk Kristen. Pertemuan ini mengubah arah hidupnya; ia memutuskan untuk mengikuti jejak gurunya, berpindah agama, dan terlibat dalam komunitas Kristen di sekitar Semarang.

Sadrach kemudian berpindah ke desa kecil di dekat Semarang dan mulai aktif dalam kegiatan gereja. Ia melakukan perjalanan ke Batavia untuk dibaptis secara resmi dan kemudian bergabung dengan komunitas Kristen di lereng Pegunungan Muria. Di sinilah prestasi misionarisnya mulai mencuat. Dalam kurun waktu antara 1870 dan 1873, Sadrach mendirikan lima gereja dan mengkristenkan sekitar 2.500 orang. Pada tahun 1898, jumlah pengikutnya dilaporkan mencapai lebih dari 7.000 orang.

Keberhasilan Sadrach menciptakan ketegangan dengan misionaris Eropa. Mereka merasa bahwa metode dan ajaran Sadrach tidak sesuai dengan ajaran Kristen yang murni, karena ia mengintegrasikan nilai-nilai dan tradisi kejawaan ke dalam ajaran Kristennya. Konfrontasi ini memperlihatkan tantangan yang dihadapi dalam proses kristenisasi di Jawa, di mana usaha misionaris Eropa sering kali mengalami kebuntuan sebelum kedatangan tokoh-tokoh seperti Sadrach yang mampu mewujudkan perubahan signifikan.

Buku C. Guillot ini, yang memperoleh Prix Jeanne Cuisinier pada tahun 1981, merupakan kajian pertama yang menyajikan informasi mendetail tentang Kiai Sadrach dan dampak kristenisasi di Jawa. Karya Guillot memberi gambaran yang jelas mengenai dinamika sosial dan ekonomi di pedesaan Jawa abad ke-19 serta bagaimana reaksi masyarakat terhadap perubahan yang dibawa oleh penjajahan Eropa. Penelitian ini mengungkapkan tidak hanya perjalanan individu Sadrach, tetapi juga konteks historis yang melingkupi upaya kristenisasi di Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zakat dalam Kitab-kitab Fikih dan Tasawuf: Studi Komparatif-Interdisipliner

Ibn 'Arabî sebagai Mujtahid

Islam dari Masa Klasik hingga Masa Modern: Sedikit Ulasan Buku The Venture of Islam