Kenikmatan Filsafat: Menjelajah Kehidupan dan Takdir Manusia
Cak Yo
"Filsafat, kopi, dan sigaret adalah tiga kawan setiaku ketika melek" (Cak Yo)
Siapa saja yang menggeluti sejarah dunia tentu mengenal Will Durant. Dia yang karya terbesarnya ditulis bersama istrinya Ariel Durant, The Story of Civilization. Buku ini yang terdiri dari 11 volume dengan jumlah halaman mencapai 13.549 (New York, Simon & Schuster, 1935-1975) diakui sebagai paling otoritatif dalam literatur sejarah dunia dan menjadikan suami-istri ini sebagai di antara penulis filsafat paling populer dan penulis sejarah paling terkemuka.
Di antara karya Will Durant dalam filsafat yang telah menjadi buku klasik, yang kali ini saya ulas adalah The Pleasures of Philosophy: A Survey of Human Life and Destiny (New York: Simon & Schuster, 1959). Versi lain anak judul buku ini adalah An attempt at a consistent philosophy of life.
Buku ini merupakan edisi revisi dari judul awal The Mansions of Philosophy, yang diterbitkan pada tahun 1929. Durant merevisi The Mansions karena diakuinya banyak kesalahan dalam komposisinya dan menurutnya, ini membuat pembaca akan tersenyum melihat beberapa prediksi buruk yang terkandung di dalamnya yang membuat Durant sejak saat itu, merasa lebih aman menulis tentang masa lalu daripada tentang masa depan. Beberap halaman tertentu membuat ia sangat sentimental, dan yang lain membuatnya cenderung bersikap sinis atau terlalu pesimistis.
Setelah menyadari kesalahannya sendiri, Durant lalu merevisi The Mansions of Philosophy dan mengganti judulnya menjadi The Pleasures of Philosophy: A Survey of Human Life and Destiny yang bila diindonesiakan berarti Kenikmatan Filsafat: Survei Kehidupan dan Takdir Manusia.
Membaca buku filsafat sering kali dianggap sebagai aktivitas yang berat dan rumit, namun dengan dengan menggunakan judul bukunya itu, Durant barangkali ingin menghilangkan anggapan itu. Yang dalam kenyataannya membaca filsafat justru bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan. Seperti yang diungkapkan oleh Will Durant filsafat justru menawarkan kenikmatan intelektual yang mendalam. Durant menekankan bahwa filsafat bukan hanya tentang teka-teki abstrak, melainkan tentang eksplorasi kehidupan, kebijaksanaan, dan pemahaman yang lebih luas terhadap dunia. Dengan pendekatan yang tepat, filsafat dapat membawa pembacanya pada perjalanan pemikiran yang menginspirasi, penuh wawasan, dan jauh dari kesan menakutkan atau angker. Filsafat memberi kenikmatan tersendiri bukan hanya ketika membaca buku-bukunya, tetapi juga dalam mengarungi dan memaknai kehidupan ini.
The Pleasures of Philosophy adalah sebuah karya klasik yang memberikan pandangan filosofis tentang kehidupan manusia. Buku ini merupakan upaya untuk menghadirkan filsafat dalam konteks yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, seraya berusaha menjawab berbagai permasalahan hidup yang kompleks. Durant bertujuan untuk menghilangkan kesan bahwa filsafat itu rumit dan abstrak, dan sebaliknya menunjukkan bahwa filsafat bisa dinikmati dan relevan dengan tantangan zaman modern.
Buku ini, seperti The Story of Philosophy yang terkenal, berusaha menjelaskan gagasan-gagasan besar dalam filsafat dengan cara yang mudah dipahami. Namun, berbeda dengan karya sebelumnya yang lebih berfokus pada kehidupan para filsuf besar, The Pleasures of Philosophy lebih mengarahkan pembacanya untuk merenungkan kehidupan mereka sendiri. Durant tidak sekadar memberikan penjelasan teoretis, melainkan juga menghidupkan gagasan-gagasan filsafat melalui penerapannya dalam konteks sosial dan budaya kontemporer. Di sini, ia mengajak pembaca untuk melihat filsafat bukan hanya sebagai disiplin yang mengulas ide-ide kuno, tetapi sebagai alat yang dapat membantu kita menghadapi perubahan besar di dunia modern.
Durant berargumen bahwa kita hidup di masa transformasi besar, di mana kepercayaan dan kebiasaan lama runtuh, seperti yang terjadi pada zaman Yunani kuno ketika agama tradisional mulai memudar dengan munculnya filsafat dan kekayaan. Ia membandingkan masa kini dengan zaman Socrates, di mana moralitas dan kepercayaan tradisional dipertanyakan, dan kehidupan intelektual mengalami percepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada era ini, segala sesuatu tampak baru dan eksperimental, tanpa adanya kepastian yang kokoh untuk berpegang. Tingkat perubahan sosial, ekonomi, dan budaya bergerak dengan laju yang luar biasa, jauh melampaui zaman Periclean di Yunani kuno.
Perubahan ini, menurut Durant, telah mengubah hampir setiap aspek kehidupan kita. Dari teknologi yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari, hingga hubungan sosial dan moralitas kita. Revolusi industri, urbanisasi, dan globalisasi telah menggeser tatanan lama, meminggirkan seni, merendahkan pemikiran liberal, serta menantang nilai-nilai moral yang telah mapan. Peralihan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri dan perkotaan membawa serta berbagai inovasi, tetapi juga menciptakan ketidakpastian dan kegelisahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Durant mencatat bahwa transformasi ini telah membawa banyak perubahan besar, seperti munculnya demokrasi dan sosialisme, pembebasan perempuan, dan perubahan dalam institusi keluarga. Namun, semua perubahan ini juga datang dengan biaya yang besar. Banyak nilai-nilai agama yang dulunya dihargai tinggi mulai terkikis, dan digantikan oleh pandangan hidup yang lebih mekanistik dan fatalistik. Kita kehilangan arah di tengah laju perubahan, dan kesulitan menemukan stabilitas di tengah dunia yang terus bergerak.
Di era yang penuh ketidakpastian ini, Durant mengusulkan agar kita tidak larut dalam kekacauan, melainkan bangkit dan merenungkan kehidupan secara keseluruhan. Menurutnya, yang paling kita butuhkan adalah perspektif total, untuk melihat kembali makna hidup di tengah kerumitan yang ada. Di dunia yang serba terpecah ini, di mana kita cenderung menjadi spesialis yang hanya memahami satu bagian kecil dari kehidupan, kita telah kehilangan kesatuan dan tujuan. Kehidupan menjadi tidak berarti jika kita tidak memahami keseluruhan gambaran.
Akhirnya, Durant mengajak pembaca untuk mengesampingkan ketakutan akan kesalahan dan untuk berani melihat kehidupan dengan cara yang lebih luas dan reflektif. Dengan begitu, filsafat tidak hanya menjadi sebuah disiplin yang terpisah dari kehidupan nyata, tetapi juga menjadi alat yang membantu kita memahami perubahan besar yang terjadi di dunia dan memberikan arah di tengah ketidakpastian.
The Pleasures of Philosophy mengingatkan kita bahwa filsafat tidak hanya tentang teori yang sulit, tetapi tentang usaha untuk memahami hidup dan mencari kebijaksanaan di tengah perubahan. Durant berhasil menjadikan filsafat lebih dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari, dan menunjukkan bahwa kenikmatan intelektual bisa ditemukan di tengah pencarian makna hidup yang mendalam.
*Pinggir Kolam, Pageland, 31 Oktober 2024
Komentar
Posting Komentar